KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, anugerah,
pencerahan, dan kekuatan sehingga makalah ini yang berhubungan dengan
e-research dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini dapat terselesaikan
berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak serta kegigihan penulis untuk
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Walaupun dalam proses
pembuatannya penulis mengalami kendala, namun berkat doa dan semangat dari
semua pihak, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga
Tuhan Yang Maha Esa membalas semua budi dan jasa pihak-pihak yang telah
membantu terselesainya makalah ini. Tak ada gading yang tak retak. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini sehubungan dengan
keterbatasan kemampuan, pengetahuan serta waktu yang ada. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Akhir
kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan civitas
akademika serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kegiatan
riset atau penelitian saat ini sudah semakin bercirikan kerjasama tingkat
nasional dan internasional, serta merupakan kegiatan kolaborasi multi-disiplin.
Infrastruktur telekomunikasi dan internet menjadi salah satu faktor pendorong
terkuat pada kegiatan penelitian atau riset. Istilah ‘e-research’merujuk pada
kegiatan riset yang menggunakan serangkaian fasilitas teknologi informasi dan
komunikasi, sedemikian rupa sehingga melahirkan cara kerja dan metode riset
baru yang ditandai oleh beberapa hal berikut:
•
Penggunaan jaringan pita-lebar (broadband) yang dilengkapi instrumen dan
fasilitas riset, termasuk peralatan teknologi sensor dan penghimpunan data
digital secara besar-besaran,
•
Pemanfaatan perangkat lunak dan infrastruktur koneksi yang aman dan memenuhi
persyaratan interoperability.
•
Ketersediaan peralatan dan aplikasi riset berbasis digital yang meliputi
peralatan khusus maupun peralatan lintas bidang yang bersifat interaktif
Walaupun
saat ini e-research masih terlihat sebagai pendamping dari aktivitas riset
‘tradisional’, namun mulai terlihat bahwa kegiatan berbasis internet semakin
memperlihatkan ciri khusus yang mungkin di suatu saat akan menjadi jenis riset
tersendiri yang terlepas dari pola tradisional. Berbagai perangkat digital saat
ini sudah mulai melahirkan peneliti dan ilmuwan yang secara kreatif menggunakan
sumberdaya digital dan internet, termasuk menciptakan pola baru dalam
kolaborasi dan penyebaran hasil karya ilmiah, sebagaimana kini terlihat dalam
bentuk fenomena Open Access dan Open Archive Initiative. Sudah pula mulai
terlihat percepatan kemunculan bidang-bidang baru yang memanfaatkan teknik
pendulangan data (data mining) dan jaringan kerjasama antar negara.
1.2.
Batasan Masalah
Batasan
masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah hanya memberikan
informasi tentang e-research.
1.3.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan ini adalah memberikan informasi tentang e-research.
1.4.
Sistematika Penulisan
Untuk
mempermudah dalam melakukan penulisan dan memahami isi dari penulisan ilmiah
ini, maka penulis menyusunnya dalam empat bab dimana :
Dalam
Bab Satu berisikan tentang pokok suatu permasalahan secara umum. Untuk
mengetahui latar belakang suatu masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab
Dua menjelaskan mengenai pembahasan teori yang berhubungan dengan e-research
yaitu tentang telematika yang menjadi dasar penelitian dalam makalah ini yang
penerapannya dapat disajikan terperinci pada bab selanjutnya.
Bab
Tiga menjelaskan tentang pengertian e-research, konsep e-research, dll.
Bab
Empat berisikan tentang penutup yang mengarah pada pemberian kesimpulan dan
saran dari makalah ini guna untuk pengembangan dan penyempurnaan dalam
penulisan ilmiah ini.
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian telematika
Kata
telematika berasal dari istilah dalam bahasa Perancis Telematique yang merujuk
pada bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi. Istilah
telematika merujuk pada hakekat cyberspace sebagai suatu sistem elektronik yang
lahir dari perkembangan dan konvergensi telekomunikasi, media dan informasi.
Istilah
Teknologi Informasi itu sendiri merujuk pada perkembangan teknologi
perangkat-perangkat pengolah informasi. Para praktisi menyatakan bahwa
Telematics adalah singkatan dari Telecommunication as well as Informatics
sebagai wujud dari perpaduan konsep Computing as well as Communication. Istilah
Telematics juga dikenal sebagai (the brand new hybrid technology) yang lahir
karena perkembangan teknologi digital. Perkembangan ini memicu perkembangan
teknologi telekomunikasi dan informatika menjadi semakin terpadu atau populer
dengan istilah konvergensi. Semula Media masih belum menjadi bagian constituent
dari isu konvergensi teknologi informasi dan komunikasi pada saat itu.
Belakangan
baru disadari bahwa penggunaan sistem komputer dan sistem komunikasi ternyata
juga menghadirkan Media Komunikasi baru. Lebih jauh lagi istilah telematika
kemudian merujuk pada perkembangan konvergensi antara teknologi Telekomunikasi,
media, dan Informatika yang semula masing-masing berkembang secara terpisah.
Konvergensi telematika kemudian dipahami sebagai sistem elektronik berbasiskan
teknologi digital atau (The Net). Dalam perkembangannya istilah Media dalam
telematika berkembang menjadi wacana multimedia. Hal ini sedikit membingungkan
masyarakat, karena istilah Multimedia semula hanya merujuk pada kemampuan
sistem komputer untuk mengolah informasi dalam berbagai medium. Adalah suatu
ambiguitas jika istilah telematika dipahami sebagai akronim Telekomunikasi,
Multimedia dan Informatika. Secara garis besar istilah Teknologi Informasi (TI),
telematika, multimedia, maupun Information as well as Communication
Technologies (ICT) mungkin tidak jauh berbeda maknanya, namun sebagai definisi
sangat tergantung kepada lingkup dan sudut pandang pengkajiannya.
Ragam
Bentuk Telematika :
1.
E-government : administrasi pemerintahan secara elektronik
2.
E-commerce : transaksi perdagangan secara elektronik
3.
E-learning : pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh dengan media
internet.
4.
E-research : penelitian yang dikembangkan secara elektronik
5.
Di luar berbasis web telematika dapat berwujud hasil dari kerja satellite.
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian E-Research
E-Research
terdiri dari dua kata yaitu electronic dan research yang bermakna adalah
penelitian yang dikembangkan secara elektronik atau online. E-Research
merupakan perkembangan lebih lanjut dari E-Science , perkembangan E-Research
dan E-Science karena adanya perkembangan teknologi informasi, Jaringan internet
dan peralatan online lainnya di dalam komunitas peneliti, walaupun pada awalnya
dikembangkan hanya untuk penelitian dan pengetahuan pada bidang yang
berhubungan dengan internet dan teknologi tapi diharapkan bahwa nantinya
e-research dan e-science dapat menjangkau seluruh bidang ilmu pengetahuan.
E-research
sendiri memiliki konsep untuk menghubungkan seluruh peneliti di seluruh dunia
agar dapat mengakses suatu hasil penelitianan ataupun mengadakan penelitian
bersama sama dan berbagi data terhadap suatu penelitian, sehingga memudahkan
para peneliti untuk mengadakan penelitian secara bersama-sama.
Saat
ini berbagai situs e-research pun bermunculan di berbagai universitas dan
diseluruh penjuru dunia, pada beberapa situs e-research dikembangkan oleh pihak
dalam kampus tersebut sedangkan pada beberapa situs lainnya merupakan proyek
bersama dari beberapa universitas terkemuka di dunia, sebagai contoh
http://eresearch.lib.harvard.edu/V merupakan salah satu site yang dikembangkan
oleh haravad sendiri sedangkan pada http://www.wun.ac.uk/index.php beberapa
universitas mengambil bagian dalam pengembangan beberapa penelitian.
3.1
Konsep E-Research
Kegiatan
riset atau penelitian saat ini sudah semakin bercirikan kerjasama tingkat
nasional dan internasional, serta merupakan kegiatan kolaborasi multi-disiplin.
Infrastruktur telekomunikasi dan internet menjadi salah satu faktor pendorong
terkuat dari fenomena ini. Istilah ‘e-research’merujuk pada kegiatan riset yang
menggunakan serangkaian fasilitas teknologi informasi dan komunikasi,
sedemikian rupa sehingga melahirkan cara kerja dan metode riset baru yang
ditandai oleh beberapa hal berikut:
•
Penggunaan jaringan pita-lebar (broadband) yang dilengkapi instrumen dan
fasilitas riset, termasuk peralatan teknologi sensor dan penghimpunan data
digital secara besar-besaran,
•
Pemanfaatan perangkat lunak dan infrastruktur koneksi yang aman dan memenuhi
persyaratan interoperability.
•
Ketersediaan peralatan dan aplikasi riset berbasis digital yang meliputi
peralatan khusus maupun peralatan lintas bidang yang bersifat interaktif
Walaupun
saat ini e-research masih terlihat sebagai pendamping dari aktivitas riset
‘tradisional’, namun mulai terlihat bahwa kegiatan berbasis internet semakin
memperlihatkan ciri khusus yang mungkin di suatu saat akan menjadi jenis riset
tersendiri yang terlepas dari pola tradisional. Berbagai perangkat digital saat
ini sudah mulai melahirkan peneliti dan ilmuwan yang secara kreatif menggunakan
sumberdaya digital dan internet, termasuk menciptakan pola baru dalam
kolaborasi dan penyebaran hasil karya ilmiah, sebagaimana kini terlihat dalam
bentuk fenomena Open Access dan Open Archive Initiative. Sudah pula mulai
terlihat percepatan kemunculan bidang-bidang baru yang memanfaatkan teknik
pendulangan data (data mining) dan jaringan kerjasama antar negara.
Riset
astrophysics adalah salah satu contohnya. Riset ini sangat bergantung kepada
data digital tentang ruang angkasa yang diperoleh dari berbagai stasiun
pengamat di berbagai belahan dunia, serta perangkat lunak simulasi fisika yang
menggunakan data hasil penelitian laboratorium. Berkat internet, bidang ini
dapat tumbuh pesat sebagai sebuah upaya kolaboratif para peneliti seluruh
dunia, tidak terhalangi oleh kesulitan komunikasi dan transportasi. Contoh lain
adalah program PARADISEC, melibatkan 39 negara di Asia-Pasifik dan empat
universitas di Australia, yang menghimpun data tentang budaya-budaya lokal
hasil penelitian etnografi dan bahasa. Tak kurang dari 2000 rekaman digital
dalam bentuk 254 bahasa lokal berhasil dihimpun program ini dalam bentuk
digital, siap untuk dianalisis secara kolaboratif oleh berbagai ilmuan
sosial-budaya dari berbagai negara .
Salah
satu kunci utama keberhasilan riset yang berbasis kolaborasi tentu saja adalah
pemakaian sumberdaya digital secara bersama. Dalam konteks inilah perpustakaan
digital memainkan peran penting. Sebagai institusi yang sejak kelahirannya
sudah terlibat dengan aktivitas riset, maka perpustakaan digital kini juga
perlu menyiapkan diri menjadi bagian dari e-research. Secara lebih sempit, maka
pengertian e-research di sini dapat dikaitkan dengan penyediaan jasa lewat
portal perpustakaan, sebagaimana yang, misalnya, dilakukan universitas Harvard
(http://lib.harvard.edu). Portal perpustakaan universitas ini menghimpun semua
fasilitas elektronik dan digitalnya di satu ‘pintu’, mulai dari teks, aneka
kamus, musik, foto, indeks, ensiklopedi, almanak, peta/atlas, sampai jurnal
elektronik. Juga tersedia fasilitas yang membantu peneliti ‘melacak’
rujukan-rujukan di berbagai artikel ilmiah (atau citation linker).
Pemanfaatan
teknologi portal yang ramah kepada pengguna (user friendly) memang menjadi
salah satu kunci keterlibatan perpustakaan dalam e-research. Sebagaimana di
Harvard, banyak universitas kini menyediakan komponen portal yang memungkinkan
seorang peneliti membangun sendiri “ruang kerja” maya (di Harvard disebut
sebagai My Research) untuk menyimpan hasil-hasil penelitian dan artikel-artikel
yang mereka perlukan. Para peneliti juga dapat membuat semacam pangkalan data
kecil yang menghimpun link ke berbagai sumberdaya sesuai kebutuhan mereka,
untuk disimpan dalam berbagai “lemari digital” yang diberi nama My Citations
atau My E-Journals atau My E-Resources. Ini semua mirip bookmark yang terdapat
di setiap browser internet, namun memiliki berbagai fasilitas tambahan yang
dapat dimodifikasi secara individual. Semua fasilitas ini pada dasarnya
merupakan bentuk jasa perpustakaan yang sejak dahulu berupaya mempermudah
bertemunya peneliti dengan sumber informasi.
Pada
era digitalitasi dan internet saat ini, upaya ‘tradisional’ di atas menjadi
semakin kompleks dan memerlukan pendekatan yang berbeda dari sisi pengelola
perpustakaan. Dalam kenyataannya, e-research membutuhkan dukungan perpustakaan
yang memahami situasi dan perkembangan riset internasional, sekaligus dipercaya
di tingkat lokal maupun nasional untuk menjadi institusi penghubung antar
ilmuwan. Selain itu, perpustakaan universitas saat ini tentu tidak lagi dapat
mengandalkan akses setempat, dan harus aktif memahami sekaligus mengajak
berbagai pihak untuk memahami perkembangan teknologi, terutama yang
memungkinkan komunikasi lintas pijakan (platform). Sebagai pihak yang akan
dipercaya mengelola himpunan data digital, perpustakaan mau tidak mau akhirnya
harus menjadi institusi di universitas yang paling mumpuni dalam soal-soal
simpan dan temu-kembali.
Pengelolaan
perpustakaan digital juga harus mengikuti dinamika pesat dalam perkembangan
riset yang menggunakan sarana komputer. Sebagai bidang kegiatan yang
memproduksi dan mereproduksi ilmu, maka kegiatan riset berintikan sebuah
pusaran produksi pengetahuan yang amat kencang. Perkembangan infrastruktur
digital telah menimbulkan peluang pembentukan moda produksi pengetahuan baru (new
mode of knowledge production). Moda produksi baru ini bercirikan kerjasama dan
kolaborasi yang meluas, menembus batas-batas gedung laboratorium atau halaman
kampus. Selain itu, intensitas dan cakupan kerjasama juga meningkat, melibatkan
tidak saja akademisi, melainkan juga pihak pemerintah, dan industri dalam pola
kerja baru yang mengandalkan komunikasi berbasis komputer dan telekomunikasi.
Beberapa bentuk pendekatan baru pun bermunculan, tiga di antaranya yang paling
relevan adalah:
•
Systems of Innovation (lihat Edquist, 1997, 2001) sebagai sebuah pendekatan
yang berkonsentrasi pada pembinaan kerjasama antar sistem secara meluas, di
dalam mana terjadi produksi, komunikasi, dan aplikasi ilmu pengetahuan yang
sangat intensif.
•
New Production of Knowledge (lihat Gibbon et. al., 1994, Gibbons, 2000)
memperlihatkan bagaimana berbagai riset yang semula berbasis disiplin tertentu
atau khusus kini saling berkomunikasi, menimbulkan pola riset transdisipliner
yang sekaligus berorientasi pada penyelesaian masalah-masalah terkini secara
bersama-sama.
•
Triple Helix Approach (lihat Etzkowitz dan Leydesdorff, 1997, 1998, 2000) yang
menekankan pentingnya perkembangan fenomena hubungan dan antar hubungan
(interrelationship) di kalangan universitas, industri, dan pemerintah.
Ketiga
pendekatan baru di atas secara bersama-sama mewujudkan perubahan signifikan
dalam praktik-praktik riset di berbagai belahan dunia. Pendekatan Systems of
Innovation menempatkan produksi pengetahuan di dalam konteks yang lebih luas,
menekankan pentingnya kaitan dan kerjasama antara berbagai pelaku riset, dan
antara produksi pengetahuan dan aplikasinya di bidang industri. Pendekatan New
Production of Knowledge menegaskan bahwa kerjasama antar pelaku riset ini
memang akhirnya mendobrak batas-batas tradisional yang dibangun berdasarkan
disiplin ilmu khusus pada masa lampau. Sementara pendekatan Triple Helix
menggarisbawahi kemunculan konvergensi atau ‘penyebrangan’ lintas institusi,
misalnya ketika perusahaan-perusahaan besar menjadi pusat penelitian dan
akhirnya mendirikan universitas, sementara berbagai universitas sendiri kini
berkiprah seperti perusahaan besar.
Akibat
perubahan dalam moda produksi ilmu pengetahuan itu, muncul aneka kegiatan yang
sangat langsung mempengaruhi praktik komunikasi ilmiah, dan dengan demikian
juga mempengaruhi kegiatan simpan dan temu-kembali informasi yang selama ini
dikelola oleh pihak perpustakaan. Misalnya, yang perlu diperhatikan adalah:
•
Peningkatan dalam keragaman lokasi riset. Saat ini universitas dan laboratoriumnya
bukan lagi satu-satunya lokasi riset yang ‘serius’. Berbagai institusi,
misalnya rumah sakit, kantor pusat perbankan, media massa, adalah lokasi riset
yang semakin berkembang. Demikian pula kerjasama antar mereka juga meningkat,
baik yang melibatkan universitas sebagai pihak ketiga, maupun yang melibatkan
pemerintah (misalnya riset flu burung melibatkan rumahsakit, universitas,
pemerintah, industri obat, lembaga-lembaga donor, dan sebagainya).
•
Dinamika penelitian antar-bidang (interdisciplinary) dan lintas-bidang
(transdisciplinary) menghimpun peneliti dengan berbagai latarbelakang untuk
mengatasi persoalan yang sulit diselesaikan dengan satu pengetahuan khusus
saja. Misalnya, persoalan limbah, polusi dan kesehatan melibatkan tidak saja
ilmuwan kimia-industri, tetapi juga ahli budaya, pekerja sosial, ekonom, dan
ahli perancang kebijakan publik. Seringkali, muncul disiplin lintas-bidang
akibat kolaborasi ini, misalnya dalam bentuk ilmu lingkungan hidup.
•
Lembaga peneliti dan para ilmuwan semakin memfokuskan diri pada upaya
menyelesaikan masalah-masalah nyata secara langsung, bukan lagi semata-mata
pada teori dan teknik pencarian kebenaran.
•
Batas-batas organisasional seringkali menjadi samar ketika kolaborasi dan
komunikasi antar ilmuwan semakin meningkat, baik dalam intensitas maupun dalam
kapasitas. Apalagi kemudian muncul kecenderungan untuk bersikap fleksibel dalam
mendekati dan menyelesaikan masalah penelitian. Seringkali, pembentukan tim
peneliti menjadi lebih leluasa, dan sebuah tim bisa saja dibubarkan,
dimodifikasi, lalu dibentuk kembali sesuai keperluan yang berubah-ubah.
Perubahan
pola komunikasi pun segera terlihat, termasuk dalam komunikasi ilmiah formal.
Kepedulian yang meningkat dalam hal hak milik intelektual dibarengi oleh
merebaknya komunikasi informal antar ilmuwan melalui saluran-saluran elektronik
yang mudah diakses, seperti mailing list dan community blogs.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
E-Research
merupakan perkembangan lebih lanjut dari E-Science , perkembangan E-Research
dan E-Science karena adanya perkembangan teknologi informasi. Jaringan internet
dan peralatan online lainnya di dalam komunitas peneliti, walaupun pada awalnya
dikembangkan hanya untuk penelitian dan pengetahuan pada bidang yang
berhubungan dengan internet dan teknologi tetapi diharapkan bahwa nantinya
e-research dan e-science dapat menjangkau seluruh bidang ilmu pengetahuan.
E-research sendiri memiliki konsep untuk menghubungkan seluruh peneliti di
seluruh dunia agar dapat mengakses suatu hasil penelitianan ataupun mengadakan
penelitian bersama sama dan berbagi data terhadap suatu penelitian, sehingga
memudahkan para peneliti untuk mengadakan penelitian secara bersama-sama.
5.2
Saran
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan.
Penulis berharap adanya pihak yang melakukan pengembangan dari pembuatan
makalah ini. Pengembangan tersebut diharapkan dapat memperbaiki kekurangan
dalam makalah ini.